Kupas Tuntas Penyebab dan Gejala Diare pada Anak, Plus Cara Mengatasi dan Mencegahnya
Diare salah satu penyakit pencernaan yang umum terjadi pada anak bayi dan balita. Anda sebagai orangtua pastinya cemas dan khawatir melihat si kecil rewel karena BAB-nya encer terus. Jangan panik dulu. Simak di sini semua informasi lengkap mengenai penyebab, gejala, hingga pengobatan diare pada anak.
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar ( BAB ) menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari, dengan tinja yang lebih cair.
Berbagai penyebab diare pada anak
Banyak hal yang mungkin jadi penyebab diare, apalagi pada anak-anak. Namun, anak yang terus buang-buang air umumnya disebabkan oleh beberapa masalah umum berikut ini:
Anak kecil cenderung lebih rentan mengalami mencret karena mereka belum cukup terlatih untuk menjaga kebersihan tubuh sendiri. Anak-anak usia dini juga masih belum begitu paham betul mengenai pentingnya hal tersebut.
Besar kemungkinan kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh anak lewat tangannya yang kotor. Tidak mengherankan, karena anak kecil cenderung aktif menggunakan tangannya untuk beraktivitas; mengisap jempol, menggigiti kuku, meraih dan menggenggam mainan, bermain di tanah, mengambil makanan, hingga merangkak dan merayap di lantai.
Selain itu, refleks anak yang suka memegang popok kotor atau dudukan toilet saat di kamar mandi juga dapat menjadi penyebabnya. Ketika anak memasukkan tangan atau mengemut dan memasukkan benda-benda asing ke dalam mulut, kuman yang ada di permukaan tangan atau benda tersebut dapat berpindah ke dalam tubuh.
Tangan itu sendiri menjadi rumah bagi ratusan hingga ribuan kuman penyebab penyakit, termasuk diare. Bakteri yang bisa menyebabkan diare adalah Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan E. coli, sementara virus yang bisa menyebabkan diare umumnya jenis rotavirus. Parasit yang bernama Giardiasis juga dapat menginfeksi pencernaan.
Risiko anak kecil terinfeksi kuman penyebab diare umumnya lebih tinggi karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa. Kuman penyebab diare akan lebih mudah menginfeksi jika sistem imun lemah.
Beberapa kasus diare pada anak-anak dapat disebabkan oleh keracunan makanan. Kemungkinan ini dapat lebih besar jika gejala mencretnya dibarengi dengan muntah-muntah beberapa jam setelah makan.
Diare sangat mudah menyerang anak lewat makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman. Kuman juga dapat masuk ke dalam tubuh jika anak mengonsumsi makanan yang tidak matang sempurna,
Perpindahan kuman penyebab diare pada bayi dan anak bisa saja terjadi pada proses produksi, mengolah, bahkan ketika disajikan. Risiko masuknya kuman penyebab diare juga mungkin terjadi saat ibu atau pengasuh menyuapi si kecil dengan tangan, tapi tidak cuci tangan dulu.
Diare yang diakibatkan keracunan makanan biasanya dapat mereda sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam.
Efek samping obat antibiotik dan obat pencahar dapat menyebabkan diare pada anak. Dikutip dari Mayo Clinic, ada penelitian yang menyatakan bahwa sembarangan minum antibiotik dapat menyebabkan diare dengan ikut membunuh koloni bakteri baik di usus.
Jika antibiotik adalah penyebab anak Anda diare, segera hubungi dokter. Jangan langsung hentikan atau kurangi dosisnya sendiri. Dokter dapat mengurangi atau mengubah dosis, atau mungkin mengganti resep obat anak.
Anak yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu dapat mengalami diare dan muntah-muntah jika mengonsumsinya.
Ada banyak jenis makanan yang berisiko menyebabkan alergi. Namun, makanan berikut adalah yang paling sering menyebabkan reaksi alergi pada anak:
Pada anak bayi yang masih menyusu, ia dapat mengalami alergi dari makanan yang ibunya konsumsi. Protein dari makanan yang ibu makan akan terserap ke dalam ASI dan masuk ke dalam tubuh bayi.
Periksa dan konsultasi ke dokter mengenai kondisi kesehatan lain yang mungkin menyebabkan masalah buang-buang air pada anak.
Tanda dan gejala diare pada anak
Gejala diare pada anak kecil umumnya terlihat dari frekuensi BAB yang lebih sering dengan tekstur feses lembek atau cair.
Penting juga bagi orangtua untuk memerhatikan gejala lain yang menyertai diare pada si kecil:
Namun, gejala diare pada bayi berbeda dari anak usia balita ke atas. Berikut adalah gejala dehidrasi pada bayi yang harus orangtua tahu:
Mengenali gejala dehidrasi pada anak yang diare
Anak-anak kecil yang sedang diare sangat rentan terkena dehidrasi. Dehidrasi pada anak-anak saat diare disebabkan oleh pola BAB mereka yang jadi lebih sering serta akibat dari muntah-muntah dan demam.
Dua hal tersebut membuat tubuh anak kehilangan banyak cairan dalam satu waktu. Selain itu, anak juga mungkin belum begitu lancar untuk berkomunikasi bahwa ia merasa lemas dan haus serta butuh minum. Belum lagi, anak kecil cenderung tidak menyukai rasa air putih yang tawar. Hal-hal inilah yang membuat diare rentan menyebabkan anak-anak dehidrasi.P
Mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, selain mengamati gejala diare yang umum orangtua juga wajib bisa mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak. Sebagai gambaran, Anda bisa melihat gambar di bawah ini:
Gejaladehidrasi pada anak
Diare pada anak belum sampai tahap dehidrasi jika dirinya masih terlihat aktif, riang, dan ceria meski terus bolak-balik BAB. Si kecil juga belum menunjukkan dehidrasi apabila ia masih minta minum putih seperti biasa, dan matanya tidak cekung (celong).
Tanda-tanda tersebut menandakan si kecil kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badannya, tapi ini masih terhitung normal.
Saat diare sudah menyebabkan gejala dehidrasi ringan pada anak, ia terlihat lebih rewel dari biasanya, matanya sedikit celong, juga terus-terusan minta minum karena kehausan terus.
Tanda anak sudah kena dehidrasi ringan akibat diare juga dapat dilihat dan dirasa dari kulitnya. Caranya, cubit lebar kulit perut anak dan tahan 30 detik. Cubit pelan saja. Perhatikan waktunya saat Anda melepas cubitan tersebut.
Jika kulit cepat membal kembali dalam 1 detik, turgor anak masih baik. Sementara jika kembali dalam 2-5 detik, turgor kulit anak agak kurang. Turgor adalah penilaian derajat dehidrasi dari seberapa baik elastisitas atau kekenyalan kulit anak.
Gejala-gejala ini menandakan si kecil sudah kehilangan cairan 5-10% dari berat badannya.
Dehidrasi berat akibat diare pada anak, akan membuatnya terlihat lesu dan lunglai, juga malas minum. Matanya juga sangat cekung.
Tes juga kulit anak dengan mencubit perutnya perlahan dan lepas setelah 30 detik. Bila kulit kembali ke kondisi normal dalam 5-10 detik, turgor kurang dan bila lebih 10 detik artinya turgor sudah jelek.
Berbagai tanda ini menandakan tubuh anak kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badannya.
TABEL GEJALA/DERAJAT DEHIDRASI
Gejala/Derajat Dehidrasi |
Diare Tanpa Dehidrasi |
Diare Dehidrasi Ringan/Sedang |
Diare Dehidrasi Berat |
|
Bila terdapat dua tanda atau lebih |
Bila terdapat dua tanda atau lebih |
Bila terdapat dua tanda atau lebih |
Keadaan umum |
Baik, sadar |
Gelisah, rewel |
Lesu, lunglai/tidak sadar |
Mata |
Tidak Cekung |
Cekung |
Cekung |
Keinginan untuk minum |
Normal, tidak ada rasa haus |
Ingin minum terus, ada rasa haus |
Malas minum |
Turgor |
Kembali segera |
Kembali lambat |
Kembali sangat lambat |
Cara mengatasi diare pada anak
Diare umumnya bisa sembuh sendiri dalam 1 sampai 2 hari. Meski begitu, Anda tidak boleh memandang penyakit ini sebelah mata. Pada kasus parah, diare bisa menyebabkan kematian.
Ada beberapa cara yang dapat orangtua lakukan untuk mengatasi diare pada anak, yaitu:
Bila anak mengalami dehidrasi, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan cairan infus langsung ke pembuluh darahnya.
Pilihan makanan untuk anak-anak yang sedang diare
Ibu yang sedang menyusui mungkin juga perlu menyesuaikan asupan makan mereka sendiri untuk menghindari makanan yang bisa memicu diare pada anak bayi mereka. Hindari dulu makanan yang pedas, asam, dan berminyak.
Pada anak yang usianya lebih dewasa, dokter mungkin akan merekomndasikan Anda menerapkan diet BRAT untuk mengatasi diare.
Cara mencegah diare pada anak
Risiko diare pada anak bisa dicegah dengan beberapa cara berikut ini:
Pastikan anak-anak mencuci tangan yang bersih, terutama setelah dari toilet dan sebelum makan. Mencuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi diare yang menular dari orang ke orang.
Penting juga bagi orangtua, anggota keluarga lainnya, serta pengasuh untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar anak.
Bayi atau balita sering memasukkan benda asing dan tangan ke dalam mulutnya. Benda apa pun yang kotor dan masuk ke dalam mulut anak dapat memindahkan kuman ke dalam tubuhnya.
Selalu bersihkan permukaan toilet, wastafel, dan kran wastafel secara rutin. Umumnya anak-anak sering menyentuh bagian tersebut saat di kamar mandi.
Jangan lupa juga untuk rutin membersihkan mainan dan mencuci boneka yang sering anak ajak bermain, terutama jika sampai dibawa-bawa keluar rumah.
Selalu cuci semua sayur dan buah sampai bersih menggunakan sabun khusus makanan. Beberapa buah dan sayuran mentah mengandung parasit dan bakteri yang bisa menyebabkan infeksi diare.
Tidak lupa juga, selalu bersihkan dapur dan peralatan memasak dengan sabun, terutama sehabis memotong daging hewan mentah.
Menyajikan makanan dengan tepat adalah satu cara mencegah diare pada anak. Pastikan semua bahannya sudah dimasak hingga matang sempurna. Terutama daging sapi, ayam, dan ikan.
Ciri-ciri daging sapi yang sudah matang dilihat dari warnanya coklat merata, tidak ada bagian daging yang berwarna merah muda. Daging ayam atau ikan yang sudah matang sempurna biasanya berwarna putih merata. Selalu simpan persediaan daging mentah di freezer kulkas.
Selalu berikan anak air minum yang terjamin bersih juga bisa menjadi cara jitu mencegah diare. Jangan berikan air minum langsung dari mata air, sungai, air kran, dan sumber lain yang belum tentu terjamin kebersihannya.
Jika sedang bepergian, selalu siap sedia air minum kemasan atau air putih dalam botol untuk mencegah risiko diare pada anak akibat air minum terkontaminasi.